Dari judulnya saja kita
sudah tidak asing dengan serial ini. Serial yang banyak memberikan pengajaran
kepada kita terutama ummat muslim tentang kehidupan sehari-hari. Serial ini
juga sangat laris di masyarakat, tidak hanya di bulan Ramadhan namun diluar
bulan Ramadhan pun penayangannya masih menita perhatian.
Dalam serial ini ada
beberapa tokoh sentral, yakni tokoh penjaga mushola, Bang Jack. Tokoh ini
dianggap sebagai salah satu magnet yang mampu menarik perhatian pecinta setia
PPT. Tokoh ini diperankan oleh aktor yang juga merangkap produser Deddy Mizwar.
Dia mengatakan bahwa karakter Bang Jack memang yang paling unik di sini. Dia
spontan, terbuka dan blak-blakan, cenderung lugu dalam menghadapi cobaan. Tapi
kalau ada yang keliru dan salah, dia akan menegur dengan keras. Tokoh Bang Jack
ini selalu memiliki kisah baru pada setiap musim sinetron ramadhan ini diputar.
Bang Jack selalu hadir di sembilan seri ‘Para Pencari Tuhan’. Karakter ini
sangat identik dengan kopiah dan sarung dilehernya. Ia juga kerap memberikan
petuah-petuah bijak yang ringan dan sederhana.
Pada jilid satu serial ini, yang saya ingat kalau biasanya kita bisa dibikin haru
dengan kehidupan keluarga Asrul yang mati enggan hidup tak mampu, atau keharuan
bercampur gregetan ketika mendapati Pak Ustadz tergerogoti harga dirinya karena
berbagai persoalan karena sifat riya'nya yang sesekali muncul itu, atau karena
persoalan ketiga 'anak angkat' Bang Jack (Juki, Chelsea, Barong). Selain itu
yang menjadi perhatian adalah penguras air mata adalah resolusi dari
konflik-konflik yang menjadi kerangka atas lurusnya cerita selama ini.
Selama ini yang menjadi
garis merah adalah 'upaya-upaya normalisasi kehidupan' tokoh-tokohnya, terutama
si trio Bajaj. Juki ingin pulang tapi tidak diterima. Chelsea ingin balik ke
istrinya tapi si istri belum mau memaafkan. Barong ingin kembali ke abangnya,
tapi abangnya belum mau bertobat. Oh ya, jangan lupa, Azam ingin baikan sama
Aya tapi caranya terlalu melankolis sehingga berulang kali bikin si Aya nangis.
Terkait upaya normalisasi tersebut, kalau menggunakan jargon seni novel,
'sinetron ini adalah sebuah pencarian atas normalisasi hubungan'.
Oke, kembali lagi.
Episode terakhir Para Pencari Tuhan benar-benar menyelesaikan permasalahan
selama ini, yaitu 'normalisasi'. Ijinkan saya berlagak jadi penafsir sebentar:
Kenormalan dalam konteks Para Pencari Tuhan adalah kesalingpengertian semua
pihak; Marni mengerti Chelsea yang telah khilaf dalam hidup, Juki dimengerti oleh
emaknya (yang sebenarnya bukan emak biologisnya), Abang Barong mengerti bahwa
Barong ingin dia berubah dan tak mau lagi hidup sebagai kriminal, Aya mau
memaafkan Azzam atas kesalahan antiknya di masa lalu (yaitu mengatai Aya
'goblok'). Dan kerukunan, seperti banyak disampaikan para ulama, adalah sesuatu
yang sangat dicintai Tuhan. Maka, wajar saja kalau judulnya PARA PENCARI TUHAN,
karena orang-orang di sini ini semua MENCARI RIDHA ALLAH. Gitu kira-kira. Dan
'Tuhan' ditemukan secara bersama-sama dalam episode terakhir pada jilid satu
ini.
Berlanjut pada JILID DUA. Masih dengan banyak adegan mengandung nilai-nilai normatif yang
disampaikan dengan suguhan sederhana dan membumi. Walaupun teknisnya tak
sesederhana keliatannya, tapi
memiliki kandungan filosofi kehidupan positif yang mendalam. Seperti ketika Ustad Ferry (Akri
Patrio) masih kepingin ikut shooting film untuk ‘peran-peran kecil’ dengan
alasan supaya tidak
mengganggu tugas utamanya sebagai Ustad, saat itu istri Ustad Ferry kasih
pendapat kepada suaminya, Ustad Ferry. “Pa, memang shooting untuk peran-peran kecil tidak
mengganggu waktu Papa untuk melayani umat. Tapi Mama takut, Papa jadi terbiasa
melakukan hal-hal kecil ketimbang memikirkan hal-hal besar”, kata sang istri. Atau ketika hansip Udin marah-marah
ketika Pak Jalal, orang
kaya dermawan yang diperankan oleh Jarwo Kwat, karena tidak mengajaknya pergi berangkat haji
bersama Pak Jalal.
Setelah dinasehati oleh Ustad Ferry dan Asrul (orang paling miskin di kampung).
Di akhir percakapan Asrul bilang sesuatu yang luar biasa ke Hansip Udin. “Kita
bukan ahli duniawi, harta kita tidak punya maka kita bicara dengan yang kita
punya…. Allah sang penguasa langit dan bumi”. Dan banyak lagi kata-kata atau
kalimat-kalimat yang punya arti mendalam di jilid dua ini.
Dalam episode
terakhir sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 2. Ketika itu di Musholla At-Taufiq,
Bang Jack (Deddy Mizwar), Juki (Isa Bajaj) dan Barong (Aden Bajaj) didatangi Pak Jalal dan mengajak meeting
di Musholla. Kurang lebih gambaran adegan dan dialognya seperti berikut. Di awal meeting Pak Jalal bilang, “Bang Jack… kepengen ga’
sholat berjama’ah dengan banyak orang dalam satu mesjid?”. ”Ya, Pak Jalal. Tapi Musholla ini kecil mana
mungkin, dan saya emang ngabayangin pengen bisa solat berjama’ah bareng ribuan
orang”, kata Bang Jack. ”Tanggung
amat, Bang Jack!”, samber Pak
Jalal. “Bareng Jutaan orang, gitu! Emang Bang Jack kaga’ pengen sholat
berjama’ah bareng saya dan jutaan umat muslim dari berbagai belahan dunia di
Mekkah?”. ”Maksud Pak Jalal kite sholat
berjama’ah di Mekkah? Pergi haji, git. Kepengen bangat Pak Jalal, tapi tabungan saya masih jauh
banget dan itu juga udah dipakek
buat biaya kelahiran istrinya si Asrul. Dan sekarang baru mulai dari nol lagi.”
Bang Jack masih bingung dengan perkataan Pa’ Jalal. ”Bang Jack kaga usah pusing mikirin biaya, semua saya yang
tanggung. Bang Jack cuma siapin badan ame koper aja. Gimana kaga enak!?” kata
Pak Jalal dengan tawa
khasnya yang terkesan sinis sementara air mata Bang Jack mulai meleleh dari kedua
sudut matanya.
Cerita seperti ini banyak terjadi dan pasti akan dan pernah terjadi pada
setiap manusia dalam dunia nyata dan dalam analogi yang berbeda-beda tentunya.
Ketika kita melakukan sesuatu untuk kebaikan apalagi dampaknya sangat besar
bagi kebaikan orang lain, maka Allah akan memberi balasan dengan kebaikan yang
sangat jauh lebih besar. Walaupun kita tidak pernah tau kapan, dimana, dan
melalui siapa akan disampaikan kepada kita.
Pada JILID
TIGA, serial
Para Pencari Tuhan masih tetap dengan konsep mencerahkan,religius di tengah menjamurnya sinetron religi
yang cenderung menggurui sekaligus menghakimi. Dalam pandangan awam saya, PPT 3 tak hanya cerdas dan cerdik
menggambarkan karakter manusiawi para tokoh yang tampil dengan segenap
kelebihan, kekurangan, dan kekonyolannya, tetapi juga mampu menyentil
kritik-kritik sosial-politik kontemporer yang selama ini cenderung vulgar dan
jorok. PPT 3
menampilkan kritik dengan sajian filmis, bersahaja, dan jauh dari kesan menggurui.
Lihat saja adegan-adegan komedi situasi religi yang dibangun oleh tiga
mantan narapidana, Barong (Aden-Bajaj), Juki (Isa-Bajaj), dan Chelsea
(Melky-Bajaj) dengan seorang marbot bernama Bang Jack (Deddy Mizwar). Kita juga
bisa menyaksikan kekonyolan, kekenesan, dan kenyinyiran tokoh-tokoh yang
terlibat dalam pemilihan ketua RW, Udin Hansip (Udin Nganga) dan Asrul (Asrul
Dahlan) yang berjuang keluar dari kemiskinan agar bisa naik haji, Baha (Tora
Sudiro) yang belum sepenuhnya tobat, Juki (Isa Bajaj) yang kehilangan emaknya,
dan asmara segitiga Azzam (Agus Kuncoro), Aya (Zaskia Adya Mecca), atau Kalila
(Artta Ivano). Tokoh-tokoh yang tampil tak dihadirkan secara stereotype –hitam
dan putih, tetapi benar-benar mengakar dalam realitas kemanusiawian dalam
kehidupan sehari-hari.
Walhasil, desain PPT 3 bisa menghadirkan sentilan-sentilan kritik, tanpa harus
menyakiti dan menghakimi. PPT 3
juga tidak bergaya doktriner dan dogmatis. Alur cerita mengalir seperti halnya
ketika kita menyaksikan patron-patron tokoh yang nyata hadir di sekitar kita. Di tengah maraknya gaya hidup konsumtif
dan hedonis yang terus menggerus nilai-nilai kebersahajaan dan kejujuran, kehadiran PPT 3 ini sangatlah tepat. Artinya, ia tidak hanya
hadir sekadar “asesoris” hiburan religi selama bulan puasa, tetapi juga pada
saat-saat lain ketika layar TV di rumah kita sudah berlumuran darah, hantu,
mistik, perselingkuhan, kemewahan, dan mimpi-mimpi indah tentang gebyar
keduniawian.
Pada Jilid Empat, masih
dengan konsep religious, edukatif dan dirancang jenaka dan banyak adegan
diambil dari asli kehidupan masyarakat sehari hari , dalam roda putaran kehiduan
,timbal balik antar sesama dan intinya adalah tidak ada satu pun orang
yang mengaku beriman yang tidak mendapat ujian dari Allah. Pak Jalal, orang terkaya di kampung Bang Jack,
memasuki fase baru dalam kehidupannya melalui putaran kehidupan. Karena
kesalahan sendiri, Pak Jalal yang bangkrut total dan jatuh miskin terpaksa
tinggal di gubuk milik Asrul. Awalnya, Pak Jalal mengalami semacam depresi
akibat ulahnya sendiri Sebaliknya, Astrul dan istrinya yang dulu adalah
pasangan termiskin di kampung, mulai sukses dengan usaha warung soto. Mereka
kini menempati rumah kontrakan yang lebih layak.
Tetapi fase kehiduapan
baru Asrul bukan berarti tanpa masalah , ibadahnya jadi lebih tergangu oleh
semua yang di bebankan olehnya .tetapi Asrul masih tekat atas keinginannya
untuk bergi haji ke tanah suci mekah dengan usahanya dan tabungannya. Udin
sorang hansip juga tergangu oleh kehidupan dunia , dia merelakan tabungannya
yang sengaja ditabung bersama sama dengan Asrul untuk membeli sebuah motor baru
untuk meningkatkan taraf keluarganya. Aya dan Azzam tergangu atas amanah yang
di berikan pak Jalal kepadanya yaitu menitipkan Kalila sebagai pendampingnya
padahal Azzam sudah menikah dengan Aya dan semua ini hanyalah cinta segitiga. Bang
Jeck menanggis dan terharu dia menyesal atas semua kesalahannya yang membuat
Barong , Juki ,dan Chelsea pergi untuk merantau. Sementara itu Azam sendiri
memiliki kebimbangan karena menurut pak Jalal, dirinya adalah orang baik yang
seharusnya mendampingi Kalila.
Pada Jilid Lima, Pak
Jalal yang pada PPT jilid sebelumnya merupakan orang paling kaya di kampung,
pada PPT Jilid 5 ini, Pak Jalal berbalik menjadi orang yang termiskin di
kampung. Bahkan kemudian lebih bersahaja dan mencoba menjalani hidup dengan
jalan sufi, tidak lagi mengurusi dunia dan tidak tertarik untuk mengembalikan
kekayaannya. Kisah pak Jalal semakin seru ketika prinsip jalan hidup sufi-nya
mendapat tantangan dari sang istri, yang menganggap suaminya hanya sedang
melarikan diri dari perjuangan hidup. Sementara
itu, tiga mantan marbot yang terusir yaitu Chelsea, Barong, dan Juki menjalani
petualangan hidup baru mereka di jalanan. Namun mereka ingin berjuang menjadi
grup artis baik sebagai penyanyi atau pelawak terkenal. Kisah mantan marbot ini
semakin asyik ditonton ketika mendapat bantuan dari para perempuan yang masih
menyayangi mereka yaitu Sheila, Dara, dan Marni yang sebetulnya sudah bosan
menjadi tumpangan hidup mereka. Kehidupan
rumah tangga Azzam dan Aya? Selain harus bersabar menanti kehadiran buah hati,
lantaran Aya baru saja keguguran. Pasangan muda ini juga harus bersabar dengan
sikap ibu mertua Aya (Ibu kandung Azzam) yang bernama Widya, yang selalu menyalahkan
Aya yang dianggap tidak mampu merawat kehamilannya, tidak pandai memasak, dll
nya. Kisah rumah tangga mereka semakin menarik dan semakin unik ketika sang Ibu
mertua dan menantu bersaing dalam mengatur Azzam yang tentu saja bagi si Azzam
seperti dipaksa makan buah malakama yang satu ibu kandung tersayang dan satu
lagi istri tercinta. Yang tak kalah serunya adalah penampilan sang aktor Bang
Jek yang harus terusir dari Mushollah karena dianggap gagal meramaikan
mushollah. Namun setelah keluar dari Mushollah Bang Jek semakin gelisah tak
berdaya ketika menyaksikan kiprah trio pengurus RW yang mengomersialkan
musholla sebagai lahan bisnis yang sangat menguntungkan. Di antaranya selain
memaksakan setoran infak dan sedekah, mereka juga mengomersialkan makam Baha
yang diisukan sebagai makam keramat. Kegelisahan
tokoh lainnya seperti si Udin (petugas hansip kampung) yang sedang menghadapi
krisis rumah tangga karena istrinya minta cerai. Kisah si Udin semakin
emosional ketika sahabatnya Asrul, mencoba mendamaikan Udin dan istrinya, namun
ternyata usaha yang dilakukan oleh Asrul malah memperuncing suasana.
Para Pencari Tuhan) Jilid 6,
berakhir serba menggantung. Pada Jilid 6 ini diceritakan bahwa sudah jelas
teka-teki siapa sebenarnya pemilik uang yang dibawa-bawa Udin dan kemuadian
raib dari pelukannya itu. Inisiatif Asrul mempertemukan Ustad Jalal, Udin, dan
si penjaja buku, berbuah kepastian itu. Namun, bagaimana dan siapa yang telah
menganbil uang itu dari pelukan Udin belum diketahui sampai akhir episode.
Raibnya uang sewaktu Udin tertidur di kursi tamu rumahnya di siang bolong dan
pintu serta jendela dalam keadaan terkunci itu, sempat membuat saya mengira,
mantan istri Udin yang mengambil, karena siapa lagi yg punya kunci rumah kalau
bukan mantan istrinya itu? Namun, sangkaan itu terbantahkan ketika mantan istri
Udin dan mertuanya juga turut hadir di pertemuan kedua guna meminta
kemurah-hatian Pak Jalal agar tak membawa masalah ini ke pengadilan. Nyatanya,
Pak Jalal tetap ngeloyor pergi setelah berujar: "Sampai ketemu di
pengadilan."
Kisah cinta kakek-kakek dan nenek-nenek juga digambarkan menggantung.
Ketika Om Wijoyo datang ke rumah Azzam dengan menyamar menjadi kurir dan
berniat melamar Tante Widya, Bang Jack justru datang dengan feeling-nya yang
kuat itu. Berbarengan keduanya mengucapkan lamaran ke Tante Widya di hadapan
Azzam dan Aya. Respon Tante Widya? Tentu tak suka. Seolah-olah dia barang yang
diperebutkan dalam sebuah pertandingan. Suasana pun tak mengenakkan. Jadilah,
Tante Widya meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamar dengan wajah tak indah
(merengut).
Ketakberdayaan Azzam menghadapi kelemahan wanita, dalam hal ini Kalila,
juga masih tak sepenuhnya 'selesai'. Memang, Kalila tahu diri dan memutuskan
pergi meninggalkan Azzam dalam suasana yang mengiris hati di hadapan Aya.
Jabatan tangan antara Azzam dan Aya seolah menyiratkan sesuatu yang menggantung
dengan close up wajah Aya sedang berkaca-kaca di belakang tangan keduanya.
Adapun proyek tukar guling musholla menjadi masjid yang telah disetujui
Pak Sanjay (seorang konglomerat) telah membuat Pak RW frustasi karena ternyata
Pak Sanjay akan 'menurunkan' orang-orangnya sendiri untuk mengerjakan proyek
itu, bukan lewat tiga pengurus desa itu.
Di akhir episode, ketiga mantan napi, Juki, Barong, dan Chelsea juga
sedikit menggantung. Chelsea dan Barong berpamitan kepada Bang Jack dan Juki
untuk menemui istri mereka. Begitu pula Juki. Ia kemudian pamit hendak menemui
emak tirinya. Seperti biasa, close
the moment of these season adalah doa dan pengharapan Bang Jack dalam
kesendiriannya di musholla At-Taufiq.
Pada JILID TUJUH, pembahasan utamanya antara lain misteri
hilangnya uang ratusan juta milik Pak Jalal dari pelukan Udin saat ia tertidur
di rumahnya belum terjawab. Ceritanya, Udin terbangun dari tidur dan mendapati
uang yang telah hilang itu terletak di pelukannya lengkap dengan ransel seperti
sebelumnya. Siapa yang menaruh?
Udin lantas
mencari tahu dengan cara diam-diam melalui konfirmasi terhadap orang-orang yang
menurutnya bisa saja diam-diam menaruhnya di pelukannya. Ia bertanya pada Asrul, apakah menaruh panci di pelukannya saat
ia tidur; bertanya pada Pak Jalal apakah telah menaruh sandal di pelukannya
saat ia tidur; bertanya ke Ustad Feri sampai tak seorang pun dari mereka yang
ia konfirmasi tak ada yang mengaku menaruh apapun saat Udin tertidur.
Permasalahan Udin makin meruncing ketika secara diam-diam uang itu Udin
gunakan untuk membeli rumah dan tanah. Sayangnya, Udin malah membeli rumah dan
tanah Haji Royani, seorang yang pelupa. Ketika Udin membatalkan pembelian dan
bermaksud mengambil kembali uang sebanyak 75juta rupiah itu, Haji Royani sudah
lupa pernah menjual dan lupa pula kepada siapa ia menjualnya. Udin lantas minta
tolong Asrul, Ustad Feri, dan mantan mertuanya untuk menagih kembali. Walau
sempat tak berhasil, Haji Royani yang telah pikun itu mengembalikan uang Udin
melalui mantan mertuanya. Di lain pihak, kepemilikan uang sebanyak itu,
menimbulkan kecurigaan orang-orang terdekatnya. Walau Udin dengan berbagai
dalih berusaha menyembunyikannya, akhirnya ia terpaksa mengaku. Ditemani Asrul,
ia lalu hendak mengembalikan uang itu ke rumah Pak Jalal. Sayang, orang yang
dicari sedang tak ada di rumah. Masih belum selesai kan masalah uang Pak Jalal?
Kisah Pak RW, Pak Hakim, dan Pak Yos, juga kembali ke 'habitatnya semula'
sebagai trio pengurus desa yang menyebalkan (tapi dirindukan) usai pemilihan
Ketua RW yang membuat ketiganya sempat terpecah dan bersaing di bursa
pemilihan.
Kebangkrutan Azzam usai terbitnya Al Quran edisi mewahnya yang ternyata
melakukan kesalahan kecil namun fatal, tak diceritakan lagi kelanjutannya.
Satu hal yang dapat kita temukan jawabannya adalah kisah persaingan Om
Wijoyo dan Bang Jack untuk merebut hati Tante Widya dimenangkan oleh Om Wijoyo.
Salah satu faktor penyebabnya adalah karena Bang Jack menghilang dengan alasan
melakukan silaturahim ke sanak familinya. Om Jack baru muncul saat akad nikah
di musholla tempatnya berdiam selama ini.
Episode
terakhir ini ditandai, seperti biasa, tafakurnya Bang Jack dalam kesendiriannya
di mushola At-Taufiq.
Pada
JILID Delapan, Selain dibintangi Deddy Mizwar, Agus Kuncoro, Zaskia
Adya Mecca, Trio Bajaj, PPT Jilid 8 juga akan kehadiran bintang baru Alfie
Alfandi (pemeran Domino), Ajeng Anjani (Malaika, penyanyi kafe), Epy Kusnandar
(penjual bubur ayam), Ony SOS, dan lainnya. Di samping itu, PPT 8 juga tak
hanya ber-setting Kampung Kincir, tapi juga bertambah dengan setting di
permukiman urban.
Bang Jack yang dikira sudah meninggal saat bertahajud ternyata masih
hidup. Dia bahkan kecewa karena impiannya adalah meninggal dalam posisi
bersujud. Alih-alih mendapat akhir hayat yang khusnul khotimah, Bang Jack malah
pusing kepalanya karena terlalu lama bersujud. Suatu hari, Bang Jack kedatangan
saudara kandungnya, Uwa Yongki, yang mengabarkan tentang anaknya, Domino, yang
ingin berpindah agama. Maka dia meminta Bang Jack untuk mendampingi dan
membimbing keponakannya tersebut. Misi penyelamatan iman pun dimulai, Bang Jack
pergi ke kota menemui keponakannya yang tinggal di kontrakan sebuah pemukiman
urban.
Tempat tinggal keponakan Bang Jack adalah pemukiman urban “para pencari
uang”. Mereka orang-orang yang bekerja keras dari berbagai profesi: tukang
warung, tukang bubur, satpam, pegawai mall, figuran sinetron, pegawai negeri,
dll. Domino sendiri berprofesi sebagai sales pisau dapur.
Seperti biasa, tingkah-polah para penduduk desa Kincir makin
menjadi-jadi. Diceritakan, Pak Jalal 'memecat' Loli sebagai pembantu di rumah
gubuknya. Keadaan ini lantas membuat geger kampung Kincir. Sontak Pak Jalal
dimusuhi warga kampung. Namun, ketiga pengurus desa malah menggunakan
kesempatan itu untuk mencari keuntungan. Mereka lantas membuat kotak amal
misterius "Dana Peduli Loli". Urusan pun menjadi panjang, berbuntut
demo segala.
Setelah melahirkan, Aya dirundung masalah, ASI-nya tak keluar. Di sisi
lain, Chelsea dan Barong yang juga memiliki bayi dari istri-istri mereka,
terkesan enggan membantu ketika Azzam meminta agar anaknya disusui oleh Dara
dan Marni.
Bencana lain juga hadir, air di sumur warga yang semakin jauh dari agama
itu mendadak berbau busuk. Hanya sumur Pak Jalal dan mushola saja yang tidak. Fenomena
ini juga berbuntut peristiwa antrean air di mushola dan rumah Pak Jalal. Hal
ini ditambah dengan keluh-kesah warga terkait hilangnya air penduduk gara-gara
polah dua nenek kakak beradik. Ada juga kisah si Udin yang tiba-tiba
berkeinginan menikahi Kalila.
PPT Jilid SEMBILAN menyajikan cerita dengan beberapa
tema yang selesai dalam satu sampai tiga episode. Namun, tetap masih ada juga
tema yang tak selesai. Dulu, ketika lenyapnya uang (yang belakangan diketahui
milik Pak Jalal) di pangkuan Udin saat terlelap tidur di rumahnya, tak
diceritakan bagaimana nasib uang itu. Begitu pula ketika Pak RT dan Pak RW yang
diminta menyerahkan uang jutaan sumbangan warga buat salah satu warga yg hendak
mudik, tak ada ujung ceritanya. Di episode terakhir ini pula, nasib Kalila yang
dalam kebimbangan memilih jodohnya di antara Juki (yang cemen) dan Domino (yang
krisis PD), tak selesai. Seperti biasa, PPT ditutup dengan tafakur Bang Jack di
mushalla-nya.
Kesimpulan akhir, saya merasa ini sinetron yang layak
dikoleksi. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, serial para pencari tuhan
jilid satu sampai dengan jilid sembilan menggambarkan realitas yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Kita bisa banyak mengambil hikmah dan pelajaran dari
episode ke episode. Semoga kehadiran serial Para Pencari Tuhan dapat memotivasi
insan perfilman Indonesia untuk menciptakan film yang lebih berkualitas.