KANGGALA

KANGGALA adalah kepanjangan dari Pramuka Penggalang Al-Islam. Sebenarnya KANGGALA sudah ada sejak tahun 1998, namun nama KANGGALA mulai mucul ke permukaan pada tahun 2003. KANGGALA terbentuk diprakarsai oleh Ka'Kholik pembina Pramuka tahun 2003 (sekarang kepala madrasah / kamabigus), Ka' Rokhim dan Ka' Mahmudi yang pada waktu itu masih menjabat pratama (pemimpin regu utama). KANGGALA bernaung dibawah Gerakan Pramuka Gugus Depan 12093-12094 MTs.Al-Islam Bantur Kab.Malang Jawa Timur. Warna khas dari KANGGALA adalah merah kuning, yang menjadi trade mark saat berlaga di even apapun. KANGGALA mempunyai dua regu andalan yaitu Regu Naga Satya untuk Putra dan Regu Cempaka Dharma untuk Putri.

SELAMAT DATANG DI BLOG PRAMUKA PENGGALANG AL-ISLAM

Minggu, 12 Juni 2016

PMI, PERAN DAN KEHADIRANNYA YANG KIAN TERASA

               Saya ingat betul belasan tahun yang lalu, saat baru duduk di bangku pendidikan menengah pertama (SMP) benar-benar memandang rendah dan sinis tentang Palang Merah Indonesia (PMI). Di sekolah tempat saya mengenyam pendidikan, terdapat ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang merupakan kepanjangan tangan Palang Merah Indonesia di lembaga pendidikan. Saat itu saya merasa kegiatan semacam ini terasa sia-sia. Toh, sudah ada lembaga kesehatan pemerintah maupun swasta yang sudah punya tugas yang hampir sama seperti PMI, seperti rumah sakit, puskesmas maupun dokter, perawat dan bidan yang membuka praktek secara mandiri.
                Kejadian, Tsunami Aceh 2004 sedikit menyadarkan paradigma saya terhadap Palang Merah Indonesia. Berita tentang bencana tersebut hampir setiap waktu muncul di layar kaca. Setiap menyalakan televisi yang muncul selalu Tsunami. Bahkan di media cetakpun, Tsunami Aceh 2004 menjadi headline hampir di seluruh media cetak nasional. Bahkan seandainya kejadian tersebut terjadi saat ini, saya yakin akan menjadi trending topik di semua media sosial seperti facebook, twitter, instragram dan media sosial lainnya. Lantas apa kaitannya musibah tsunami dengan perubahan cara pandang saya terhadap Palang Merah Indonesia? Dalam penaggulang bencana tsunami tersebut, PMI menjadi pihak pertama yang aktif membantu dan terjun langsung ke medan bencana. Memang, pemerintah juga berperan aktif, namun peran PMI jauh sangat dominan. Anggota PMI bahkan ada yang berhari-hari bertugah membantu langsung korban bencana Tsunami. Ternyata PMI membantu tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan. Hal ini yang tidak bisa dilakukan secara terus menerus oleh dokter bahkan pihak rumah sakit yang dibiayai pemerintah.
                Saya semakin angkat topi terhadap PMI. Pasca keterlibatan dalam bencana Tsunami tersebut sampai sekarang PMI masih eksis bahkan lebih aktif dalam penanggulangan bencana. Hal ini juga tampak pada organisasi PMI yang ada di tempat tinggal saya, PMI Kabupaten Malang. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang paling luas di Jawa Timur. Dari sebagian besar wilayah Kabupaten Malang, Kecamatan yang terdapat di pinggiran mempunyai potensi besar terjadi bencana alam. Seluruh bencana yang ada di Kabupaten Malang pasti Badan Penanggulan Bencana Daerah Kabupaten Malang melibatkan dan menempatkan PMI sebagai mitra terdepan dalam penanggulangannya. Selain menyiapkan relawan, PMI juga bertugas membuka jejaring informasi dan proses evakuasi ke desa-desa. Serta, mendukung suplai alat komunikasi untuk satu kegiatan operasional di lapangan.
                Selain tanggap terhadap penanggulan bencana masih banyak kegiatan positif PMI yang membuat saya terkesan dan berpandangan terbalik dari belasan tahun yang lalu. Yang pertama adalah kegiatan donor darah.Kegiatan ini rutin dilaksanakan baik di tingkat kabupaten ataupun langsung turun ke kecamatan dan desa-desa. Kegiatan Donor darah sangatlah bermanfaat, selain berguna demi keberlangsungan hidup orang banyak, seseorang yang rajin mendonorkan darahnya minimal 3 bulan 1 kali, akan jauh lebih sehat ketimbang mereka yang tidak atau belum menjadi pendonor. Donor darah juga bisa meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. Yang Kedua, bantuan air bersih pada ratusan warga di Desa Wonorejo, Kecamatan Singosari.  Kekeringan dan krisis air bersih di desa tersebut menyebabkan tidak ada air untuk kebutuhan tanaman. Wargapun membiarkan tanaman-tanaman mati kekeringan. Air di sumur warga mengering sehingga warga tidak mempunyai air untuk minum dan memasak. Kekeringan juga menyebabkan tandong air warga kosong. PMI Kabupaten Malang memberikan bantuan air minum secara langsung dengan mendatangi warga setempat dan membagikan 10.000 liter air. Sungguh aksi yang mulia.               Yang ketiga, pembangunan jembatan darurat di Kecamatan Lawang. Dengan  dibantu masyarakat sekitar, 12 sukarelawan PMI Kabupaten malang langsung mengerjakan pembuatan jembatan darurat. Tim BPBD setempat juga turut membantu mensuplai jembatan darurat. Masyarakat dan Gunung Tumpuk Desa Sidoluhur Kecamatan Lawang mengucapkan sangat gembira dan besyukur atas dibangunya jembatan darurat sepanjang 15x 1,5 meter tersebut.
                Ketiga hal diatas merupakan contoh sederhana keterlibatan PMI dalam masyarakat. Hampir semua kejadian publik yang membutuhkan bantuan, pasti akan hadir Palang Merah Indonesia. Kebakaran, orang hilang di laut, orang hilang dalam pendakian, bahkan dalam kecelakaan lalu lintaspun PMI akan terlibat.  Diakui atau tidak, saat ini PMI semakin dicintai masyarakat dan keberadaannya sangatlah dibutuhkan. Semoga PMI semakin jaya, semakin berkembang, semakin termotivasi membantu masyarakat dan tentunya dicintai masyarakat kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar