Saya ingat betul belasan tahun yang lalu, saat
baru duduk di bangku pendidikan menengah pertama (SMP) benar-benar memandang
rendah dan sinis tentang Palang Merah Indonesia (PMI). Di sekolah tempat saya mengenyam
pendidikan, terdapat ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang merupakan
kepanjangan tangan Palang Merah Indonesia di lembaga pendidikan. Saat itu saya
merasa kegiatan semacam ini terasa sia-sia. Toh, sudah ada lembaga kesehatan
pemerintah maupun swasta yang sudah punya tugas yang hampir sama seperti PMI,
seperti rumah sakit, puskesmas maupun dokter, perawat dan bidan yang membuka
praktek secara mandiri.
Kejadian,
Tsunami Aceh 2004 sedikit menyadarkan paradigma saya terhadap Palang Merah Indonesia.
Berita tentang bencana tersebut hampir setiap waktu muncul di layar kaca.
Setiap menyalakan televisi yang muncul selalu Tsunami. Bahkan di media
cetakpun, Tsunami Aceh 2004 menjadi headline hampir di seluruh media cetak
nasional. Bahkan seandainya kejadian tersebut terjadi saat ini, saya yakin akan
menjadi trending topik di semua media sosial seperti facebook, twitter,
instragram dan media sosial lainnya. Lantas apa kaitannya musibah tsunami
dengan perubahan cara pandang saya terhadap Palang Merah Indonesia? Dalam
penaggulang bencana tsunami tersebut, PMI menjadi pihak pertama yang aktif
membantu dan terjun langsung ke medan bencana. Memang, pemerintah juga berperan
aktif, namun peran PMI jauh sangat dominan. Anggota PMI bahkan ada yang
berhari-hari bertugah membantu langsung korban bencana Tsunami. Ternyata PMI
membantu tanpa pamrih, tanpa meminta imbalan. Hal ini yang tidak bisa dilakukan
secara terus menerus oleh dokter bahkan pihak rumah sakit yang dibiayai
pemerintah.
Saya
semakin angkat topi terhadap PMI. Pasca keterlibatan dalam bencana Tsunami tersebut
sampai sekarang PMI masih eksis bahkan lebih aktif dalam penanggulangan bencana.
Hal ini juga tampak pada organisasi PMI yang ada di tempat tinggal saya, PMI
Kabupaten Malang. Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang paling luas
di Jawa Timur. Dari sebagian besar wilayah Kabupaten Malang, Kecamatan yang
terdapat di pinggiran mempunyai potensi besar terjadi bencana alam. Seluruh
bencana yang ada di Kabupaten Malang pasti Badan Penanggulan Bencana Daerah
Kabupaten Malang melibatkan dan menempatkan PMI sebagai mitra terdepan dalam
penanggulangannya. Selain menyiapkan relawan, PMI juga bertugas membuka
jejaring informasi dan proses evakuasi ke desa-desa. Serta, mendukung suplai
alat komunikasi untuk satu kegiatan operasional di lapangan.
Selain
tanggap terhadap penanggulan bencana masih banyak kegiatan positif PMI yang
membuat saya terkesan dan berpandangan terbalik dari belasan tahun yang lalu. Yang
pertama adalah kegiatan donor darah.Kegiatan ini rutin dilaksanakan baik di
tingkat kabupaten ataupun langsung turun ke kecamatan dan desa-desa. Kegiatan Donor
darah sangatlah bermanfaat, selain berguna demi keberlangsungan hidup orang
banyak, seseorang yang rajin mendonorkan darahnya minimal 3 bulan 1 kali, akan
jauh lebih sehat ketimbang mereka yang tidak atau belum menjadi pendonor. Donor
darah juga bisa meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. Yang Kedua,
bantuan air bersih pada ratusan warga di Desa Wonorejo, Kecamatan
Singosari. Kekeringan dan krisis air bersih di desa
tersebut menyebabkan tidak ada air untuk kebutuhan tanaman. Wargapun membiarkan
tanaman-tanaman mati kekeringan. Air di sumur warga mengering sehingga warga
tidak mempunyai air untuk minum dan memasak. Kekeringan juga menyebabkan
tandong air warga kosong. PMI
Kabupaten Malang memberikan bantuan air minum secara langsung dengan mendatangi
warga setempat dan membagikan
10.000 liter air. Sungguh aksi yang mulia. Yang
ketiga, pembangunan jembatan darurat di Kecamatan Lawang. Dengan dibantu masyarakat sekitar, 12 sukarelawan
PMI Kabupaten malang langsung mengerjakan pembuatan jembatan darurat. Tim BPBD
setempat juga turut membantu mensuplai jembatan darurat. Masyarakat dan Gunung
Tumpuk Desa Sidoluhur Kecamatan Lawang mengucapkan sangat gembira dan besyukur
atas dibangunya jembatan darurat sepanjang 15x 1,5 meter tersebut.
Ketiga
hal diatas merupakan contoh sederhana keterlibatan PMI dalam masyarakat. Hampir
semua kejadian publik yang membutuhkan bantuan, pasti akan hadir Palang Merah
Indonesia. Kebakaran, orang hilang di laut, orang hilang dalam pendakian,
bahkan dalam kecelakaan lalu lintaspun PMI akan terlibat. Diakui atau tidak, saat ini PMI semakin
dicintai masyarakat dan keberadaannya sangatlah dibutuhkan. Semoga PMI semakin
jaya, semakin berkembang, semakin termotivasi membantu masyarakat dan tentunya
dicintai masyarakat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar